Menjadi bodo amat diera sosial media ini memanglah tidak mudah. Apalagi lini masa sudah dijejali dengan aneka berita, informasi baik yang oke maupun kurang oke. Kecepatan informasi yang sampai ke kita juga bikin penuh kepala dan bisa menghabiskan banyak waktu kalau kita nongkrongin satu-satu dan membahasnya.
Dampak dari mudahnya bersosial media juga memberikan warna tersendiri ke kehidupan pribadi kita. Terkadang niat kita yang ingin berbagi pikiran, ide, status lucu, info santai sampai serius pun direspon beraneka ragam oleh pembaca atau yang kita kenal dengan netizen. Yes, kalau responnya positif its oke, kalau ada yang hasad, iri, dengki, komentar pedas bahkan nyinyir sampai merasa bahwa dia berhak memberikan “label” dan “penghakiman” rasanya sudah mulai bikin gerah dan mengusik kehidupan nyata kita.
Saya pernah membahas ini beberapa tahun silam, bahwa akan ada masanya komentar itu menjadi hakim bagi seseorang tanpa tahu terlebih dahulu duduk perkara sebelumnya. Saya juga pernah membahas bahwa kebiasaan selalu update status dan scrolling sosial media akan menjadi “candu” dan mulai memukul balik kita mulai mengusik kehidupan pribadi, memberikan topeng, rasa sakit hingga kematian.
Sudah banyak rasanya berita yang kita pernah baca akan efek dari sosial media dan kecanduan serta netizen ajaibnya. Dari yang dibully secara online, dimatikan akun sosial medianya, dilaporkan ke pihak berwajib hingga akhirnya memilih menyudahi kehidupan di offline.
Sosial media seperti dua sisi yang saling berkaitan. Satu sisi bisa dijadikan ladang informasi, bisnis, branding, kontrol sosial tapi sisi lain dapat dijadikan jadi ajang bully dan ghibah secara masal. Sungguh, sebagai netizen jaman now alias ibu digital saya merasakan kegerahan yang teramat.
Saya akan mengulik sebuah studi kasus yang teman saya alami dikehidupan nyatanya:
Beliau dan mungkin kita semua terkadang suka menuangkan “perasaan” kita disosial media terkait urusan pribadi atau keluarga. Dan kebetulannya, ada salah satu keluarga yang merasa “ingin berkomentar” dan heboh distatus teman saya. Ketika teman saya membuat status si B selalu berkomentar menasehati ala nyinyir yang membuat si A merasa kurang nyaman. Maka si A mengambil langkah dengan memblokir akun sosial media si B.
Tapi, apa dikata.. si B malah makin heboh dengan membuat akun KW atau jadi-jadian dan meninggalkan banyak komentar distatus lainnya. Bahkan yang ajaibnya adalah si B dengan percaya dirinya menginbox teman-teman si A dan menceritakan kekurangan si A. Ah, sampe ini benar-benar balada… balada membacanya apalagi membayangkan merasakannya. Mau ditanggapi tapi mau sampe kapan, ga ditanggapi itu jadi fitnah. Dan akhirnya si A memilih “bodo amat”.
Yes, sikap bodo amat akhirnya diambil karena merasa lelah mengimbangi nyinyiran si B dan merasakan bahwa energinya habis dan bahkan tidak produktif.
Pasti diantara kita ada yang mengalami kasus diatas, hihihi saya juga pernah. Dan bersikap bodo amat adalah pilihan terbaik dibandingkan harus sibuk berdebat dan berbalas pendapat. Yes, selama kita benar, selow aja..santai. Kecuali kalau kita salah, siap-siap aja rasa gelisah merana siap menghantui.
Dan yang terpenting adalah “kesehatan mental kita” yang harus dijaga. Jangan sampai karena nyinyiran, pendapat yang berbeda dari netizen membuat kita merasa minder, bersalah, tidak berani mencoba dst. Kita harus tetap bahagia dan memastikan bahwa kita terus berkarya.. ga heboh ngurusin orang lain dan berkomentar akan apapun yang orang lain lakukan.
Jadi, mau segahar apapun kelakukan netizen pastikan dirimu tetap sehat baik jasmani dan rohani. Pastikan kamu bahagia. Boleh kok untuk cooling down dari dunia sosial media beberapa saat dan mengalihkannya ke kesibukan yang lain. Kamu bisa menonton drama korea atau fil favorit, main game, belajar hal baru seperti jahit or craft, belajar tentang pertukangan, termasuk juga belajar tentang dunia digital marketing. Alihkan energimu untuk terus produktif. Kamu harus mengolah rasa yang kurang nyaman itu menjadi energi yang oke dan bisa jadi karya.
Kamu dan saya punya pilihan untuk bahagia. Kita punya pilihan untuk melakukan banyak hal yang baru. Jadi, mari bersikap bodo amat atas nyinyiran netizen. Yes, kamu harus PeDe selama dirimu benar ya..
foto pexels