Yuswohady – Apa Bahayanya Gen Z jika Lebih Suka Kerja Freelance

Yuswohady – Apa Bahayanya Gen Z jika Lebih Suka Kerja Freelance

Jujur saja, ketika lagi seru scroll fb saya berhenti ketika om Siwo (Yuswohady) bahas tentang perilaku Gen Z. Saya merasa kok, hampir mirip dan seperti ngaca. Padahal saya bukan Gen Z, tapi saya lebih memilih menjadi freelancer dibandingkan harus ngantor dll. So, saya ijin ke beliau untuk angkut statusnya dan dijadikan tulisan diblog ini.

Apa Bahayanya Gen Z Lebih Suka Kerja Freelance

Survei Inventure menunjukkan Gen Z lebih prefer bekerja sebagai freelancer atau gig worker seperti: reseller, afiliator, atau dropshipper.

Apa dampak mengkhawatirkan dari pilihan pekerjaan ini?

#1. PENDAPATAN TAK STABIL
Pekerjaan gig cenderung memiliki pendapatan yang tak tetap. Tanpa pendapatan yang konsisten, konsumsi masyarakat bisa terganggu dan daya beli anjlok ketika terjadi goncangan ekonomi.

Ketidakstabilan pendapatan ini juga berdampak pada ketidakmampuan merencanakan keuangan jangka panjang, seperti memiliki rumah.

#2. MINIM JAMINAN SOSIAL
Gig worker biasanya tak mendapatkan jaminan sosial, seperti tunjangan kesehatan, jaminan pensiun, or asuransi ketenagakerjaan.

Dalam jangka panjang, ini dapat menyebabkan meningkatnya beban negara dlm hal subsidi bantuan sosial bagi pekerja yg tak memiliki proteksi keuangan di masa tua.

#3. KETIDAKPASTIAN EKONOMI
Dengan banyaknya gig worker, risiko ketidakstabilan ekonomi akan meningkat, terutama ketika ada krisis atau resesi.

Gig workers bisa menjadi yg pertama terdampak dan tak memiliki jaring pengaman finansial yang kuat dan ujungnya memperburuk situasi ekonomi.

by @yuswohady

Kaya sekarang saya lagi rajin untuk belajar gimana caranya menyiapkan masa pensiun, tabungan pendidikan anak, dana darurat, dana lainnya dimana suami istri bekerja sebagai freelancer. Sebagai alumni copid kita pasti tahu bahwa pendapatan kita super ga stabil alias bisa terdampak akibat politik, isu kesehatan, dan isu-isu lainnya.

Saya lagi maraton nonton youtube mulai dari mba Ligwina, Mba Pritha Ghozie, sampe pakar-pekar keuangan lainnya buat dapat insight “sebenarnya saya atau kami harus ngapain”. Karena Saya masih ingat betul bahwa saat copid menghantam, kami benar-benar makan tabungan. Dari jasa bener-bener drop ditambah saya diberikan hadiah hamil 3 anak berturut-turut selama 5 tahun. So, banyak hikmah dan pelajaran yang kami ambil. Termasuk saat 2022 memutuskan untuk memiliki bisnis offline.

Sebelumnya saya ga ngeh, saya yakin bahwa profesi saya adalah profesi idaman alias stabil incomenya tetapi kenyataannya adalah sebaliknya. Iya, pas baik-baik saja, pas ada isu-isu lainnya maka profesi ini lumayan terdampak. Belum lagi persaingan harga yang super mepet dan bikin kita suka ga suka harus menyesuaikan harga.

So, ini sih opini saya pribadi sebagai freelancer yang basicnya digital marketing. Bahwa saya punya tuntutan harus terus upgrade diri dan bisa menyesuaikan dengan perkembangan jaman. saya juga harus belajar running bisnis offline (ini sudah ada, alhamdulillah kita jual bubble wrap Brebes dan toko). Dan satu lagi, skill mengelola uang. Karena percuma kalau kita bisa mengumpulkan tapi belum bisa mengelola.

So, buat temen-temen yang freelancer sudah saatnya mulai melihat kedalam lebih jauh. Syukur-syukur bisa ketemu momen yang tepat buat melihat tantangan dimasa depan.

Dan, kalau temen-temen pengen dapat insight detail terkait isu terkini dari pakarnya langsung bisa meluncur ke akun FB @Yuswohady . Saya tahu beliau sejak Memberi.Id dan bener-bener helping kita buat dapat insight dan aneka ide. Berkah terus buat om Siwo karena selalu ngasih inspirasi.

(Dilihat 42 times, 1 visits today)

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *