Yes, bener Copid memang mengajarkan kita banyak hal termasuk pandangan kita tentang uang. Saya sendiri akhirnya mengambil banyak hikmah terkait hal ini. Malah bisa dikatakan bahwa copid mengajari bahwa masa darurat itu benar adanya, bahwa saving untuk hal tak terduga itu perlu, bahwa membuat pos aneka kebutuhan itu wajib. Yes, bisa dibilang saya terlambat tapi its oke.Dan tidak meletakan telur kita disatu keranjang.
Saya sendiri termasuk tipe orang yang well prepared, untuk dana tabungan sudah kami siapkan dalam bentuk logam mulia dan disaham. Tapi, apa daya, semua jadi berubah ketika situasi darurat ini terjadi secara masal. Tidak sekedar kapal kita saja yang hampir karam melainkan kapal orang lainpun rasanya bisa dikatakan lebih buruk. Semuanya terjadi secara cepat meski saya sudah berhitung resiko terburuk, dan situasi darurat ini berubah menjadi situasi “kemarau” yang ajaib.
Dana darurat disaham malah rontok merah hingga minus 40-50%. Semua merah seperti tidak ada lagi harapan, belum lagi beberapa pekerjaan yang tertunda bahkan gagal dikerjakan karena pandemi ini. Akhirnya saya berada dititik “panik” padahal saya sudah lumayan berhitung sejak copid masih di Wuhan sana. Kebetulan saya juga merangkap admin disalah satu fanspage dokter sehingga berita tentang copid sudah sejak awal kami cerna. Saya sudah berhitung berapa jumlah angka penyebaran dan efek domino yang diakibatkan tapi balik lagi analisa tinggal analisa dan saya tetap panik. Apalagi saat itu saya sedang hamil maka rasa khawatir lumayan besar.
Yes, dengan segala drama akhirnya bisa menyesuaikan diri. Saat itu yang terlintas adalah bagaimana caranya “survive”. Tidak ada niatan lagi buat growth, melainkan harus survive terlebih dahulu. Bagaimana caranya ekonomi keluarga inti dan keluarga besar masih aman meski pandemi menghantam.
Berikut yang saya lakukan selama pandemi:
- Berhitung budgeting secara detail dan segala kemungkinan serta error didepan mata. Tidak sekedar berhitung tentang pengeluaran melainkan bagaimana juga menyiasati pemasukan yang berubah efek banyak klien yang menunda bahkan gagal kontrak.
- Melihat dana darurat dan dana tabungan. Kira-kira sampai bulan ke berapa kami bisa survive dan apakah perlu mengeluarkan dana darurat. Dan ternyata salah satu keputusan saya adalah dengan menjual logam mulia yang kami miliki saat itu untuk mode bertahan. Padahal kalau boleh jujur saat itu, kami masih aman tapi untuk mengatasi rasa panik kami mengambil skenario untuk mengamankan dana cadangan apalagi di bulan juni saya harus melahirkan.
- Mencari peluang bisnis yang bisa dikerjakan. Saya sempat berhitung dan riset untuk membuka usaha frozen food. Tapi, setelah dihitung detail rasanya ROI akan lumayan lama apalagi untuk kami yang pemula. Selain usaha frozen food saya dan suami mulai merambah ke usaha percetakan, kami melayani jasa desain dan cetak stiker, desain spanduk, desain kebutuhan promo produk dll. Sebuah rezeki kebetulan passion suami adalah didunia desain. Usaha desain spanduk, stiker, kartu nama dll ini masih berjalan. Ada satu hal yang luput dari perhatian saya adalah terkait usaha suami yaitu Plastik Bubble Wrap . Ternyata usaha tersebut yang membackup kebutuhan kami sehari-hari. Selain menjual plastik bubble wrap,beliau juga menjual aneka jenis lakban, plastik wrapping dan timbangan. Tentunya hal ini menjadi angin segar dan harapan tersendiri.
- Melihat barang-barang yang kita punya. Yes, saya kebetulan punya stok belanja hasil kalap di IKEA dan sale buku dari GRAMEDIA yang jumlahnya lumayan jika dijual. Dan ini yang langsung saya jual via marketplace tokopedia dan shopee. Ini juga membantu cashflow kami selama pandemi.
- Belajar hal baru, yes saya belajar tentang bagaimana jualan via marketplace dan belajar desain ke suami. Meski sedang heboh dengan baby tapi rasanya dengan mempelajari hal baru menjadi sebuah angin segar tersendiri dan saya menyebutnya dengan “me time”
- Sabar ketika saham merah merona dan setelah bulan agustus mulai merambah naik sehingga dapat membeli saham baru lagi
- Merubah pola menabung dan investasi. Jika dulu menabung atau investasi berasal dari uang job “besar” sekarang tidak berlaku lagi. Berapapun uang job yang diterima 20-40% harus masuk ke rekening saham atau reksadana syariah. Dan efek pandemi adalah mulai semangat belajar lagi tentang mengatur uang, bagaimana memaksimalkan pendapatan untuk ibu rumah tangga, dan belajar tentang reksadana syariah dan saham. Yes, ini ilmu yang dicari karena kepepet.
Sebuah berkah tersendiri meski ada beberapa job dipending bahkan gagal tapi secara pengeluaranpun menurun drastis karena sudah tidak lagi pergi kemana-mana selain ke dokter kandungan/bidan. Tidak lagi jajan atau nge mall dan ini bisa memangkas pengeluaran hingga 50% lebih. Meski penghasilan menurun tapi pengeluaran juga menurun drastis, bahkan masih bisa saving meski diera pandemi.
Beberapa hari lagi menuju 2021, dan bisa dibilang makin semangat dan optimis untuk keluarga. Makin semangat untuk membuat konten dan mengerjakan pekerjaan digital dari rumah. Mulai mentargetkan diri sendiri untuk belajar dan terbuka akan hal baru. Yes, ilmu baru selalu ada.. PR nya apakah kita mau menerima serta belajar.
 Berikut video youtube yang membahas tentang tips bagaimana membeli emas batangan, semoga bermanfaat 😀
foto pexels